Friday, January 14, 2011

surat untuk hatiku

dear heart,

Jangan pernah ragukan TUHAN
PertolonganNYA tidak pernah terlambat
Selalu tepat pada waktuNYA

Apakah kau lupa?
KataNYA engkau biji mataNYA

Biar saja dunia mengecewakanmu
Biar saja dunia menertawakanmu

Jangan pernah ragukan TUHAN

dear heart,

Jangan lupa kamu ini siapa...

Baca lanjutannya..

Monday, November 23, 2009

6 Keunikan Mazmur 118

Tahukah anda bahwa:

1) Mazmur 118 adalah pasal yang terletak di tengah-2
Alkitab?

2) Sebelum Mazmur 118, Mazmur 117 adalah pasal terpendek
dari Alkitab?

3) Setelah Mazmur 118, Mazmur 119 adalah pasal terpanjang
dari Alkitab?

4) Ada 594 pasal pada masing-2 sebelum dan sesudah Mazmur
118?

5) Kalau seluruh pasal dijumlahkan, di luar Mazmur 118,
semuanya berjumlah 1188 pasal?

6) Bahwa angka 1188 atau Mazmur 118:8 juga merupakan ayat
yang terletak di tengah-2 kitab?

Ayat yang terletak di tengah (ayat sentral) seharusnya
memiliki arti yang tersendiri dan penting bukan?

"Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada
manusia."
Mazmur 118:8

Bagaimana menurut anda? ;D


Jika anda mendapat berkat, silakan sebarkan kepada teman dan saudara/i anda

Baca lanjutannya..

Monday, June 22, 2009

He Knows My Name

Hidup kadang terasa begitu berat.
Pergumulan demi pergumulan datang bertubi-tubi.
Tak ada habisnya. Tak nampak ujungnya.

Hati kita ingin sekali percaya.
Allah tidak pernah menguji kita melebihi kemampuan kita.
Namun hati yang sama, juga mengerang,"Tuhan.. aku tidak tahan lagi.. sungguh aku tidak kuat lagi"

Ada sebuah lagu yang selalu berhasil menguatkan saya di masa-masa gelap saya.
Di saat-saat saya merasa begitu sendiri di dunia yang luas ini.
Di saat-saat saya merasa tak ada yang mengerti pergumulan yang saya alami.

Sebuah lagu yang sangat sederhana.

Setiap kali saya membaca dan meresapi kata demi kata, saya merasakan kembali kasih Tuhan menerobos masuk dan menjamah lembut setiap relung-relung hati saya.

Saya bisikan dan resapi bait-bait refrein-nya berkali: He knows my name... He knows my name.. Allah Maha Besar, Pencipta dan Penguasa alam semesta dan seluruh isinya tau nama saya... ah, sungguh tak terbayangkan.. tapi itulah kenyataanya.. He knows my name...

He Knows My Name by Tommy Walker

I have a Maker
He formed my heart
Before even time began
My life was in his hands

I have a Father
He calls me His own
He'll never leave me
No matter where I go

He knows my name
He knows my every thought
He sees each tear that falls
And He hears me when I call


Baca lanjutannya..

Tuesday, May 12, 2009

Siapakah Anda?

Ya, siapakah Anda?

Jawaban anda atas pertanyaan di atas sangat penting peranannya di dalam pertumbuhan rohani anda. Kenapa?


Jawaban anda menunjukkan identitas anda.

Identitas anda di dalam Kristus sebagai anak Allah adalah pondasi dari kehidupan rohani anda. Pondasi yang tidak beres akan menghasilkan bangunan yang tidak kokoh. Betul enggak? :D

Cobalah anda tes sedikit pondasi anda, oke...siap...

1) Apakah anda orang kudus?
A) Ya.
B) Bukan.
C) Ragu-ragu

Bila anda menjawab (c). Selamat! Anda termasuk dalam golongan kebanyakan orang Kristen.
Bila anda menjawab (b). Selamat! Anda akan diberkati dengan renungan di bawah ini ;D
Bila anda menjawab (a). Selamat! Anda sudah mengerti salah satu dasar pertumbuhan rohani.

Banyak orang Kristen tertipu dengan muslihat iblis. Iblis berhasil mengacaukan pemahaman mereka akan identitas mereka sebagai anak Allah.

Iblis biasanya mempengaruhi kita supaya kita percaya bahwa apa yang kita perbuat/lakukan menunjukkan identitas kita. Perbuatan kita = Identitas/Siapa kita. Jika anda berdosa anda adalah orang berdosa. Jika anda mencuri, anda adalah seorang pencuri. Dan tipuan ini menyebabkan banyak orang Kristen terperangkap dalam dosa.

Banyak saudara-saudara seiman yang merasa frustasi dan tidak mampu melepaskan diri dari keterikatan dosa karena mereka mempercayai muslihat iblis ini. Pada saat mereka terjatuh dalam pencobaan, iblis langsung menyerang mereka dengan perkataan seperti ini: Nah, jatuh lagi kan...anda ini orang berdosa, lihat tuh apa yang baru saja anda lakukan...masak anak Allah seperti itu?

Saudara-saudaraku, saya ingin memberitahukan pada anda: Jangan percaya iblis!

Begitu anda bertobat dan menerima Yesus sebagai Juruselamat anda, anda sudah diubah! Anda bukan lagi orang berdosa; Anda orang kudus!

Eh...jangan kaget dulu...ini kata Firman Allah lho :D
Coba nanti anda cek di Efesus 1:1, I Korintus 1:2, Filip 1:1, dan Kolose 1:2

Tunggu dulu...kalo saya orang kudus, kok saya bisa jatuh ke dalam dosa? Saudaraku, setiap orang...meskipun dia sudah dewasa, pasti pernah terpeleset. Itu wajar dan manusiawi. Dalam perjalanan kerohanian kita, kitapun bisa terpeleset. Makin dewasa, kepelesetnya akan makin jarang. Namun, fakta bahwa kita bisa terpeleset tidak mengubah identitas kita. Tidak mengubah siapa kita. Kita adalah orang kudus yang kadang berbuat dosa. Mungkin contoh ini bisa memberi gambaran lebih jelas (meski tidak persis): Martina Hingis adalah petenis wanita nomor satu di dunia, tapi di Wimbledon lalu dia kalah dari Venus Williams. Tapi posisinya sebagai petenis wanita dunia nomor satu tidak terpengaruh. Lagi, Karpov pernah kalah dari Utut Adianto, tapi kita semua tahu siapa sih yang lebih jago.

Lalu apa bedanya?

Nah, ini penting. Identitas kita menentukan perbuatan kita. Bila anda sadar dan memahami betul bahwa anda ini adalah orang kudus, pada waktu pencobaan datang anda dapat berkata dengan tenang: Saya ini orang kudus, bukan orang berdosa. Orang kudus tidak berbuat hal-hal macam ini. Sorry ya...saya tidak tertarik. Dan anda pun menang atas pencobaan itu. Kenapa?

Karena anda sadar siapa anda.

Alkitab dengan tegas berkata: Anda bukan hamba dosa lagi (Roma 6:14)

Saya telah mendapat berkat dari daftar yang di susun oleh Pdt. Neil Anderson dalam bukunya Victory Over Darkness (Kemenangan atas Kegelapan) dibawah ini. Bacalah daftar ini dengan bersuara tiap hari, agar kita sadar dan paham siapa sebenarnya kita ini. Tuhan Yesus memberkati anda!

Siapakah Saya?

Matius
o Saya adalah garam dunia (5:13)
o Saya adlah terang dunia (5:14)

Yohanes
o Saya adalah anak Allah (1:12)
o Saya adalah bagian dari pokok anggur, saluran kehidupan Kristus (15:1,5)
o Saya adalah sahabat Yesus Kristus (15:15)
o Saya dipilih dan ditetapkan Kristus untuk berbuah bagiNya (15:16)

Roma
o Saya adalah hamba kebenaran (6:18)
o Saya adalah hamba Allah (6:22)
o Saya adalah anak Allah; Allah adalah Ayah Rohani saya (8:14,15; Galatia 3:26; 4:6)
o Saya adalah ahli waris bersama Kristus (8:17)

1 Korintus
o Saya adalah bait Allah (tempat kediaman Allah). Roh-Nya tinggal dalamku (3:16,6:19)
o Saya terikat dengan Allah dan satu roh dengan Allah (6:17)
o saya adalah anggota tubuh Kristus (12:27, Efesus 5:30)

2 Korintus
o Saya adalah ciptaan baru (5:17)
o Saya telah diperdamaikan dengan Allah dan pembawa berita pendamaian itu (5:18,19)

Galatia
o Saya adalah anak Allah dan satu di dalam Kristus (3:26,28)
o Saya adalah ahli waris Allah karena saya adalah anak Allah (4:6,7)

Efesus
o Saya adalah orang kudus (1:1, I Korintus 1:2, Filip 1:1, dan Kolose 1:2)
o Saya adalah buatan Allah, dilahirkan kembali untuk melakukan pekerjaan baik (2:10)
o Saya adalah kawan sewarga dengan orang-orang kudus dalam keluarga Allah (2:19)
o Saya adalah tahanan karena Yesus Kristus (3:1,4:1)
o Saya adalah orang benar dan kudus (4:24)

Filipi
o Saya adalah warganegara Kerajaan Surga (2:6)

Kolose
o Saya tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah (3:3)
o Saya adalah pernyataan hidup Kristus karena Dia hidup dalamku (3:4)
o Saya dipilih oleh Allah, dikudus dan dikasihiNya (3:12,1 Tes 1:4)

1 Tesalonika
o Saya adalah anak terang, bukan anak kegelapan (5:5)

Ibrani
o Saya mendapat bagian dalam panggilan surgawi (3:1)
o Saya beroleh bagian dalam Kristus (3:14)

1 Petrus
o Saya adalah batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani (2:5)
o Saya adalah anggota dari bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah (2:9,10)
o Saya adalah pendatang dan perantau di dunia ini (2:11)
o Saya adalah musuh Iblis (5:8)

1 Yohanes
o Saya adalah anak Allah dan akan menjadi sama seperti Kristus saat Dia kembali (3:1,2)
o Saya lahir dari Allah dan si Iblis tidak dapat menjamah saya (5:18)
















Baca lanjutannya..

Saturday, May 09, 2009

Pondokmu terbakar

Dalam film Castaway, Tom Hanks berperan sebagai pria yang terdampar sendirian di pulau terpencil. Menonton film ini mengingatkan saya pada sebuah cerita teman.

Pada suatu waktu, seorang Kristen naik pesawat terbang untuk pergi ke suatu tempat. Di tengah perjalanan, pesawatnya

mengalami kerusakan dan jatuh di tengah laut.

Para penumpang dan awak pesawat lainnya meninggal dalam kecelakaan itu. Dia seorang diri yang selamat dan akhirnya terdampar di sebuah pulau.

Hatinya sangat sedih dan galau. Mengapa hal ini terjadi padaku ya Tuhan? Tidak ada jawaban. Hanya ada kesunyian dan bunyi ombak yang menghempas pantai. Akhirnya, dia memutuskan untuk berdoa. Bukankah doa orang benar besar kuasanya?

Sehari, seminggu, sebulan berdoa tidak nampak sedikitpun jawaban dari Tuhan. Selama ini dia bertahan hidup dengan memakan daun-daunan dan ikan yang di tangkapnya. Seperti tokoh Tom Hanks dalam film Castaway, dia akhirnya dapat membuat api dan juga sudah berhasil membangun sebuah pondok kecil.

Pada suatu hari, ketika ia hendak pergi menangkap ikan, dia lupa untuk mematikan api yang dibuatnya. Karena tertiup angin, percikan api mengenai pondoknya dan membakar pondok itu.

Sekembalinya dari menangkap ikan, dia terkejut melihat pondoknya itu sedang terbakar. Dia panik dan mencoba memadamkannya, namun usahanya sia-sia.

Pondoknya tetap terbakar dan dia hanya dapat menatap dengan lesu. Tiba-tiba timbul rasa marah dan kesal dalam hatinya. "Tuhan mengapa Engkau membiarkan ini terjadi?", jeritnya pahit, "Sudah sebulan Engkau tidak menjawab doaku, sekarang Engkau membiarkan kemalangan ini menimpaku. Mengapa Tuhan?" Dia pun tergeletak lesu dan air matanya pun mengucur.

Hatinya sedih sekali. Setengah jam dia tergeletak dan meratapi nasibnya, ketika tiba-tiba dia mendengar suara sayup-sayup. Dia terhenyak lalu duduk dan matanya mencari arah datangnya suara.

Dia melompat dan berteriak-teriak dengan gembira ketika melihat suara itu berasal dari sebuah sekoci yang sedang mendekati pulau.

Ketika orang-orang yang naik sekoci itu tiba di pulaunya, Ia berlari menyongsong mereka dan bertanya dengan cucuran air mata,"Tuan, bagaimana tuan tahu ada orang di pulau ini?" Dengan senyum dan mata yang bersinar, orang dari sekoci itu menjawab:

Pondokmu terbakar.

Baca lanjutannya..

Friday, April 24, 2009

TUHAN tidak Adil

Saya sering mendengar ucapan seperti di atas. Bahkan dulu, saya pun sering mengucapkan hal itu dalam hati (enggak
berani keras-keras takut kedengaran Tuhan 8-D ). Mungkin anda pun pernah mengucapkan hal itu.

Renungan ini tidak akan membahas dengan tuntas tentang keadilan Tuhan. Saya hanya akan sekedar memberikan ilustrasi yang dapat membantu menjernihkan. Kita sering menuntut Tuhan dengan perkataan,"Engkau tidak adil!", karena pemahaman yang salah tentang keadilan dan belas kasihan Tuhan.

R.C. Sproul, teolog yang mengajar di Reformed Theological Seminary mengisahkan kejadian ini di bukunya "The Holiness of GOD" (Kekudusan Allah):

Saya mengajar mata kuliah Perjanjian Lama untuk 250 mahasiswa baru di sebuah universitas Kristen. Pada hari pertama kuliah, saya membahas tugas-tugas yang harus diselesaikan di mata kuliah ini dengan seksama.

Pengalaman telah mengajar saya bahwa tugas karya tulis membutuhkan penjelasan khusus. Ada 3 karya tulis singkat yang harus dikerjakan untuk mata kuliah ini. Saya menjelaskan kepada para mahasiswa bahwa karya tulis yang pertama sudah harus saya terima paling lambat jam 12 siang, tanggal 30 September. Saya tidak akan memberikan pengecualian apapun, kecuali mereka terbaring di rumah sakit atau bila anggota
keluarga dekat mereka meninggal dunia. Bila karya tulis tersebut tidak saya terima pada waktunya, saya akan memberikan nilai F (F=fail; gagal atau nol) untuk karya tulis itu. Para mahasiswa menyatakan mereka telah mengerti peraturan itu.

Tanggal 30 September, 225 mahasiswa menyerahkan karya tulisnya tepat pada waktunya. 25 mahasiswa dengan panik,
gelisah, ketakutan dan wajah penuh penyesalan memohon pada saya,"Profesor Sproul, kami menyesal. Kami tidak mengatur waktu kami dengan baik. Kami belum menyesuaikan diri dengan transisi dari SMA ke universitas. Tolong jangan berikan nilai F pada kami. Tolong berikan kesempatan pada kami."

Saya bermurah hati dan mengabulkan permohonan mereka.

"Baik, saya beri kalian kesempatan kali ini, tapi ingat, karya tulis berikut harus kalian serahkan tanggal 31 Oktober." Para mahasiswa itu begitu gembira dan memenuhi telinga saya dengan janji-janji dan sumpah bahwa mereka tidak akan terlambat untuk menyelesaikannya.

Tibalah tanggal 30 Oktober. 200 mahasiswa menyerahkan karya tulis mereka. 50 mahasiswa datang dengan tangan hampa. Mereka gelisah, tapi tidak panik. Ketika saya meminta karya tulis mereka, mereka menjawab dengan nada
menyesal,"Homecoming Week, Prof dan kami juga banyak ujian midterm, tambahan lagi tugas-tugas untuk mata kuliah lain. Berilah kami kesempatan sekali lagi. Kami janji ini yang terakhir."

Sekali lagi saya bermurah hati. Saya berkata,"Baik. Tetapi ini yang terakhir. Karya tulis yang terakhir harus saya
terima tanggal 30 November. Bila kalian terlambat menyerahkannya, saya akan memberikan nilai F untuk anda. Tidak ada alasan dan segala macam permohonan lagi. Kalian paham?" "Hore, anda baik sekali" Secara spontan mereka mengelu-elukan saya,"Kami mencintai anda Profesor Sproul, kami sungguh mencintai anda"

Saya menjadi guru kesayangan.

Dapatkah anda menebak apa yang terjadi pada tanggal 30 November? Tepat sekali. 150 mahasiswa menyerahkan karya tulis mereka. 100 mahasiswa lainnya duduk dengan tenang tanpa rasa bersalah. "Mana karya tulis kalian?", saya bertanya. "Tenang Prof, kami sedang mengerjakannya. Beberapa hari lagi kami akan serahkan pada anda."

Saya mengeluarkan buku nilai saya dan membukanya.

"Johnson. Di mana karya tulis anda?"
"Belum selesai Prof.", terdengar jawaban.
"F!" Saya berseru sambil menuliskan huruf F di sebelah namanya.
"Muldaney." Di mana karya tulis anda?"
"Belum selesai Prof.", kembali terdengar jawaban.
Saya kembali menuliskan huruf F di buku nilai saya.

Mahasiswa-mahasiswa itu bereaksi dengan penuh amarah. Mereka protes dan berteriak-teriak dengan gaduh.
"Tidak adil!"
Saya menatap seorang dari mereka yang sedang berteriak.
"Lavery! Menurut anda ini tidak adil?"
"Tidak adil!" geramnya.
"Oh begitu? Jadi anda ingin keadilan? Seingat saya, anda juga terlambat menyerahkan karya tulis anda yang lalu.
Kalau anda memaksa ingin meminta keadilan, dengan senang hati saya akan mengabulkannya. Saya akan memberi nilai F untuk karya tulis anda kali ini dan saya juga akan merubah nilai karya tulis anda yang dulu menjadi F juga yang
sepantasnya anda dapatkan."

Dia terkejut. Dia tidak bisa berbicara macam-macam lagi. Dia meminta maaf dan sepertinya gembira hanya mendapat satu nilai F dan bukannya dua.

Mahasiswa saya telah meremehkan belas kasihan dan kemurah hatian saya. Mereka merasa berhak. Mereka tidak siap, ketika keadilan datang. Mereka kaget dan mereka marah. Dan ini terjadi hanya untuk belas kasihan yang saya berikan
kepada mereka dalam dua bulan. Belas kasihan Allah kepada kita jauh lebih panjang.

Ketika saya membaca cerita diatas, saya sadar. Begitu sering saya meremehkan belas kasihan Tuhan atas diri saya.
Saya merasa berhak atas belas kasihan Tuhan. Bila Tuhan tidak berbelas kasihan pada saya berarti Tuhan berhutang pada saya dan Tuhan tidak adil. Saya teringat pada seorang pengemis yang dengan kesal mengetuk kaca jendela mobil saya
dan akhirnya meludahi kaca itu karena saya tidak memberikan seratus rupiah padanya. Pengemis itu merasa berhak untuk diberi uang dan dikasihani. Dia merasa saya berhutang padanya. Padahal saya mempunyai hak mutlak untuk memberikan belas kasihan saya sesuai dengan kehendak saya.

Allah mempunyai hak mutlak untuk berbelas kasihan pada siapapun sesuai dengan kehendakNya. Selama ini Allah telah berbelas kasihan kepada saya. Bila Allah memberikan keadilan, seharusnya saya sudah mati. Karena ada tertulis:
Upah dosa adalah maut. Semoga kita tidak meremehkan belas kasihan dan kemurahan hati Allah.

Baca lanjutannya..

Thursday, April 23, 2009

Doa Gadis Cilik

(Diceritakan oleh Helen Roseveare, dokter misionaris asal Inggris yang melayani di Zaire (dahulu Kongo) di benua Afrika)

"Suatu malam saya berusaha keras menolong seorang ibu yang sedang melahirkan; tetapi meskipun kami sudah berusaha sekuat tenaga kami ibu itu meninggal dunia dan meninggalkan seorang bayi yang lahir prematur dan seorang anak wanita berusia dua tahun yang tak henti-hentinya menangis. Kami mengalami kesulitan untuk mempertahankan bayi yang lahir prematur tadi untuk tetap hidup karena kami tidak punya inkubator. (Lagipula di tempat kami belum ada listrik untuk mengoperasikan inkubator).

Meskipun kami ada di daerah khatulistiwa, malam hari di sini seringkali bertiup angin malam yang dingin. Seorang calon bidan pergi mengambil kotak bayi dan selimut wool untuk membungkus sang bayi. Seorang lagi pergi menyalakan api dan mengisi botol air panas. Tak lama kemudian ia kembali dengan wajah kesal dan memberitahukan pada saya bahwa botol air panasnya pecah waktu diisi. (Karet mudah menjadi rusak di daerah tropis) "Itu botol air panas kita yang terakhir!" serunya.

Susu yang tumpah sudah tidak ada gunanya kata peribahasa Barat, dan di Afrika Tengah tak ada gunanya pula bersedih karena botol air yang pecah. Botol air tidak tumbuh di pohon dan tidak ada apotik/toko obat di pinggir hutan.

"Ya sudah," kataku, " taruhlah bayi itu sedekat mungkin dengan api tapi masih cukup aman dan engkau tidurlah di antara bayi itu dan pintu supaya dia tidak kena angin. Jaga dia supaya tetap hangat."

Keesokan harinya, seperti biasanya, siang itu saya bertemu dengan beberapa anak yatim piatu asuhan kami untuk persekutuan doa. Saya memberikan beberapa pokok doa pada anak-anak itu dan menceritakan kepada mereka tentang bayi mungil yang lahir prematur itu. Saya memberitahu mereka kesulitan saya untukmenjaga agar si bayi tetap hangat dan juga tentang botol air panas yang pecah. Bayi mungil itu dapat meninggal dengan mudah bila terserang angin malam.Saya juga menceritakan tentang kakaknya yang berusia 2 tahun yang terus menerus menangis karena ibunya meninggal.

Pada waktu kami berdoa, Ruth yang baru berusia 10 tahun berdoa dengan tegas,singkat dan tanpa basa-basi. Anak-anak Afrika memang begitu umumnya. "Tuhan,tolong," dia berdoa,"kirimkan kami sebuah botol air. Kirimkan botolnya sore ini ya Tuhan...kalo besok soalnya sudah terlambat dan bayinya akan mati"

Saat hati saya tercekat mendengar "kekurang ajaran" doanya, dia menambahkan,"mumpung Tuhan menyiapkan hal itu, sekalian kirimkan juga sebuah boneka untuk kakaknya...supaya dia tahu Engkau sangat mencintainya, ya Tuhan?

Seperti doa seorang anak umumnya, saya kehilangan kata-kata. Dapatkah saya dengan segala kejujuran meng-aminkan doanya. Saya agak kurang percaya Tuhan dapat melakukannya.

Oh saya tahu Tuhan itu Maha Kuasa dan mampu melakukan apapun juga. Alkitab bersaksi begitu. Tetapi...bukankah ada "batas"-nya? Satu-satunya cara Allah dapat mengabulkan doa gadis cilik itu adalah dengan mengirimkan bingkisan/paket dari Inggris. Saya sudah empat tahun tinggal di Afrika pada waktu itu dan saya belum pernah sekalipun menerima paket dari tanah air saya. Lagipula, kalau pun ada yang mengirim paket, siapakah yang terpikir untuk mengirim botol air?

Saya tinggal di khatulistiwa!

Menjelang sore, ketika saya sedang mengajar di sekolah juru rawat, saya menerima pesan bahwa ada sebuah mobil berhenti di depan rumah saya. Saat saya sampai di rumah, mobilnya sudah pergi tetapi di beranda ada sebuah paket/bungkusan seberat 10 kilogram. Saya merasa mata saya perih karena air mata mulai mengembang. Saya tidak dapat membuka paket ini sendiri dan saya menyuruh orang memanggil anak-anak yatim piatu tadi. Bersama-sama kami membuka paket itu dengan hati-hati...talidemi tali...kertas demi kertas.

Rasa tegang menghinggapi kami semua. Tiga puluh sampai empat puluh pasang mata terpaku pada kardus pembungkus paket itu. Dari atas saya mengeluarkan baju-baju berwarna cerah. Mata mereka bersinar melihat baju-baju itu. Lalu ada perban untuk pasien kami yang terkena kusta dan anak-anak tadi kelihatan bosan. Lalu ada sebuah kotak berisi kismis dan biskuit manis - lumayan untuk penambah menu akhir minggu kami.

Lalu ketika saya memasukkan tangan saya kembali saya merasakan ...apa mungkin? Saya menggenggamnya dan menarik tangan saya keluar dan ya .. sebuah botol air panas yang masih baru!

Air mata saya tumpah keluar. Saya tidak pernah meminta Tuhan untuk mengirimnya; saya tidak percaya Dia dapat melakukannya. Ruth yang berdiri di baris depan segera menyerbu dan berteriak," Kalau Tuhan mengirim botolnya, Dia pasti mengirim bonekanya juga!"

Tanganya mencari-cari sampai ke dasar kardus dan waktu dia menarik keluar tangannya, dia memegang sebuah boneka kecil yang cantik. Mata Ruth berkilat-kilat! Dia tidak pernah meragukan. Berpaling pada saya dia bertanya,"Bolehkah saya ikut Ibu untuk memberikan boneka ini pada gadis cilik itu Ibu, agar dia tahu Tuhan sangat menyayanginya?"

Paket tadi sudah ada dalam perjalanan lima bulan lamanya. Dikirim oleh anak-anak sekolah Minggu yang pernah saya asuh. Guru mereka yang sekarang mendengar dan mematuhi bisikan Allah di hatinya untuk mengirimkan sebuah botol air panas. Seorang anak dari kelas tersebut menaruh sebuah boneka kecil yang cantik untuk seorang gadis cilik di Afrika -- lima bulan sebelumnya -- untuk menjawab doa penuh iman dari seorang anak berusia sepuluh tahun untuk mengirimkannya sore itu juga!

"Maka sebelum mereka memanggil, Aku sudah menjawabnya"
-- Yesaya 65:24

oleh Helen Roseveare (All rights reserved)
-- Diterjemahkan oleh Roy Adriaan

Saudara-saudariku janganlah berputus asa dan jemu berdoa ... jawaban atas doamu sedang dalam perjalanan. Haleluya!

Baca lanjutannya..